Pekanbaru, Riau - Kasus investasi bodong senilai Rp84,9 miliar, PT Fikasa Group kembali disidangkan di Pengadilan Negeri Pekanbaru. Namun belum lama proses persidangan, hakim menyatakan sidang ditunda. Hakim memutuskan untuk terdakwa dibantarkan dengan pengawasan ketat.
Hal ini karena terdakwa Agung Salim selaku bos PT Fikasa Group terlihat tertidur saat proses persidangan. Pihak dokter yang menangani menyatakan Agung punya sakit diabetes atau gula.
Rama Fadila, dokter pembanding dari RSUD Madani Pekanbaru mengatakan bahwa terdakwa menolak untuk dilakukan penurunan kadar gula. Hal ini karena gula dara pasien di atas 500.
"Untuk gula darahnya 500, penggunaan obat obatan sudah tidak efektif lagi karena nanti fungsi pankreasnya bisa rusak. Satu satunya langkah adalah suntik insulin. Tapi yang bersangkutan tidak mau disuntik insulin," kata dr Rama dihadapan majelis hakim (5/1/2022).
Ditundanya kembali sidang kasus penipuan itu bermula saat hakim awalnya menghadirkan dokter dari RSUD Arifin Achmad dan dokter RS Madani yang menangani terdakwa Agung Salim. Karena kedua dokter mempunyai analasis yang berbeda terkait terdakwa sehingga keduanya diharuskan hadir di persidangan. Dahlan, Ketua Hakim yang menyidangkan kasus ini mencecar kedua dokter termasuk memintai keterangan pihak RSUD Arifin Achmad.
Namun secara keseluruhan dokter Rahma menjelaskan bahwa hari ini kondisi Agung Salim bisa mengikuti sidang. Namun terdakwa mengatakan pusing kalau duduk atau berdiri.
A Napitupu korban investasi bodong menjadi saksi pertama untuk dimintai keterangan. Hakim menanyakan apa yang menjadi alasan korban tertarik dengan ajakan Maryani dan Agung Salim sehingga mau mengeluarkan uang yang cukup besar. A Napitupulu ini pun menjawab karena tergiur dengan bunga yang ditawarkan. Korban pun meminta terdakwa benar-benar diawasi karena dia curiga terdakwa pura-pura sakit untuk mengulur-ulur waktu.
Setelah beberapa sidang berjalan, hakim melihat ke arah Agung Salim yang terlihat seperti tertidur saat proses persidangan. Hakim pun mempertanyakan ke jaksa Herlina Samosir Lastarida dan Rendy Panalosa terkait sikap Agung Salim.
"Ini gimana kalau sidang terdakwa tertidur seperti itu JPU. Gimana kita mau menanyakan sementara dia tidak mengikuti jalannya persidangan," ketus Dahlan.
Hakim dan jaksa akhirnya bersepakat untuk melakukan pembantaran terhadap terdakwa Agung Salim. Namun hakim tetap mencurigai terdakwa sengaja menunda-nunda persidangan. Ini karena massa penahanan hanya dua bulan sehingga hakim harus segera menyelesaikan perkara sesuai waktu.
"Kita bantarkan terdakwa Agung Salim. Dia dirawat di RS Madani. Awasi dia dengan ketat. Pres dia biar sehat jangan sampai dia mengonsumsi makanan yang bisa menambahkan naiknya gula darah. Kalau tidak diawasi ya tidak turun turun. Saya juga punya gula, tapi bisa beraktivitas. Jadi betul-betul diawasi terdakwa ini agar sidang perkara ini. Jadi jangan sampai berpikir terdakwa akan bebas karena massa penahanannya sampai Febuari. Kita akan gesa terus sidang ini. Bila perlu tiap hari sidang. Jika terulang tertunda jelang penahanan terdakwa habis, saya akan minta tanggapan dokter. Jika dokter menyatakan terdakwa bisa ikut sidang akan tetap menyidangkan. Kecuali satu, yakni jika ikut sidang, maka terdakwa akan mati. Saya akan mempertangungjawabkan itu," tukasnya.
Dengan demikian, maka sudah empat kali sidang ditunda gegara sikap Agung Salim. Pada persidangan sebelumnya, terdakwa berobat tanpa seizin majelis hakim dan jaksa.
Jaksa meminta bantuan empat personil Polresta Pekanbaru untuk mengawasi Agung selama proses pembantaran. Hal itupun diamini hakim. (Muhammad Arifin/act)
Load more