Banyumas, Jateng - Siapa sangka berawal dari iseng bisa mencipta industri kreatif. Adalah Warung Jegangan di Desa Pernasidi, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
"Awalnya bersih-bersih kebun di belakang rumah. Beberapa sudut, saya tanami rumput dan dirikan satu gubug bambu sederhana. Teman dan kenalan yang datang malah betah duduk berlama-lama di sini," ujar Sopan Sunarofat, kepada tvonenews.com Minggu (26/12/2021) membeberkan awal mula warung berdiri .
Di tanah seluas kurang lebih 500 meter persegi, tertanam pohon khas desa, seperti duku, manggis, melinjo, durian, kelapa dan beberapa rumpun bambu betung membuat udara menjadi sejuk khas suasana desa.
Rupanya, mereka yang datang ke sini, tambah Sopan, merasa betah karena seperti sedang bermain di kebun pada masa kecil.
Karena makin banyak orang yang datang, Sopan mencoba membuat sejumlah sudut menjadi fotogenik. Misalnya diberi ornamen anyaman bambu, gazebo sederhana, sejumlah tulisan nyentrik dan properti lain seperti bajak sawah, seperangkat pongkor atau tabung bambu penampung nira kelapa.
"Ternyata dari mulut ke mulut tersebar, yang datang makin banyak. Mau tak mau harus menyajikan sekedar minuman dan kudapan yang semuanya khas ndesa, seperti kacang rebus dan cimplung atau ubi yang direbus dalam air nira kelapa," beber Sopan.
Lalu mulai ada acara-acara kecil. Sekedar kumpul, arisan, atau menjadi titik finish para pegowes.
Pesanan makanan lengkap mulai ada. Agar sesuai dengan konsep tempat, menu yang disajikan juga 'ndesa'. Nasi dengan lauk ikan asin, ayam dan tahu tempe goreng, petai, sayur pakis dan kecombrang, lengkap dengan sambal, adalah makanan khas lokal yang disukai.
"Itu sekitar pertengahan 2019. Lalu awal 2020 ada pandemi, terpaksa kita mengerem. Dan saat mulai new normal, pengunjung ramai lagi," ujar Sopan.
Kini, luas pekarangan yang digunakan untuk area warung bertambah menjadi sekitar dua ribu meter persegi. Sudah ada dua joglo untuk acara yang lebih besar, sejumlah gazebo dan kolam untuk bermain anak.
Ruang terbuka yang luas membuat warung ini juga bisa digunakan untuk kegiatan outdoor, bahkan berkemah.
Pengunjung juga disediakan cosplay ndesa untuk berfoto. Ada kebaya dan kemben atau kain jarik untuk perempuan, dan iket atau kain kepala dan surjan untuk pengunjung pria. Lengkap dengan caping dan properti khas ndesa lainnya.
"Selain suasana kebun ndesa yang khas, di sini tiap hari ada pemandangan eksotis, yaitu warga memanjat pohon kelapa untuk menyadap nira. Di sini sengaja saya biarkan pohon termasuk pohon kelapa yang sudah ada tumbuh alami, tidak saya tebang," ujar Sopan. (Sonik Jatmiko/ito)
Load more