Jakarta - Kemitraan global untuk inklusi keuangan menjadi salah satu agenda terpenting dalam Presidensi G20 di Indonesia dalam jalur keuangan.
Menurut Sri Mulyani, pandemi COVID-19 menciptakan efek luka memar (scarring effect) yang sangat dalam untuk beberapa sektor yang sebenarnya dapat ditingkatkan.
Maka, dalam konteks itu, Presidensi G20 Indonesia menyediakan kemitraan global untuk inklusi keuangan sebagai suatu kegiatan yang berkaitan dengan infrastruktur, seperti sistem pembayaran serta peraturan yang kompatibel antar negara, sehingga memungkinkan lembaga keuangan serta usaha kecil menengah (UKM) untuk memiliki akses, terutama permodalan dan pasar.
Selain itu, kata Sri Mulyani, Presidensi G20 Indonesia turut menyediakan lebih banyak kegiatan literasi keuangan dan kegiatan yang menciptakan rantai pasokan dari banyak perusahaan besar, perusahaan menengah, hingga perusahaan kecil.
“Kegiatan ini kemudian memungkinkan mereka untuk memiliki kemampuan dalam mengambil keuntungan dari rantai pasokan global,” ujarnya.
Meskipun demikian, Sri Mulyani sepenuhnya memahami bahwa dalam situasi geopolitik saat ini akan ada gangguan yang cukup serius pada rantai pasokan secara global.
Oleh karena itu, pemerintah Indonesia akan menggabungkan teknologi digital yang memungkinkan banyak UKM untuk dapat berpartisipasi dalam aktivitas mereka, tak hanya ke tingkat lokal tetapi juga secara global yang akan menyediakan platform pasar.
Menteri Keuangan mengatakan bahwa pemerintah juga akan memberikan akses kepada permodalan yang sangat penting bagi banyak UKM, di mana Indonesia menyediakan skema pembiayaan ultra mikro (UMi) kepada UKM.
“Ini disediakan oleh semua kebijakan ekonomi dari sisi kredit,” kata bekas Direktur Pelaksana Bank Dunia itu. (hw/ebs)
Load more