Akhir Pelarian Zulkarnaen, Orang yang Berpengaruh Dalam Gerakan Terorisme | tvOne

Sabtu, 12 Desember 2020 - 18:16 WIB

Jakarta - Penyidik “Bom Bali I” Irjen Pol (Purn) Benny Mamoto mengungkapkan sosok Zulkarnaen alias Aris Sumarsono alias Daud yang dibekuk Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri di di tempat persembunyiannya di Gang Kolibri, Kelurahan Toto Harjo, Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Pelarian salah seorang yang berpengaruh dalam gerakan terorisme di tanah air ini berakhir, Kamis, 10 Desember 2020, setelah buron selama 18 tahun.

Benny membeberkan sepak terjang panglima perang Al-Jamaah Al-Islamiyah (JI) itu di program Kabar Petang, Sabtu, 12 Desember 2020.

Menurut Benny, Zulkarnaen merupakan militan pertama Indonesia lulusan Afghanistan. Dia juga sempat membuat kamp pelatihan teroris di Mindanao Selatan, Filipina. Zulkarnaen menjadi orang yang sangat berpengaruh dan dihormati organisasinya, Jamaah Islamiyah.

Berdasarkan hasil interogasi Benny terhadap anggota JI yang tertangkap, terungkap bahwa Zulkarnaen ini merupakan sosok pemimpin yang memiliki jabatan tinggi di Jamaah Islamiyah, tetapi sangat rendah hati dan berpengaruh.

“Saya sering tanya ke yang saya periksa, ‘kenapa Anda begitu segan sama dia? Dia boleh pimpinan tinggi, Pak, tapi sangat-sangat rendah hati dan menyentuh ke bawah’. Ketika dia ketemu anak buahnya dia tepuk-tepuk punggungnya, dia tanya, ‘apa kabar? Bagaimana kabar anak-istri? Bagaimana jemaahnya?’ dan sebagainya,” ujar Benny.

Zulkarnaen juga orang yang sangat disiplin dengan panduan-panduan organisasinya agar tidak tertangkap petugas. Itu sebabnya ia bisa berada dalam pelarian selama hampir 20 tahun. Benny mencontohkan beberapa aturan dalam buku panduan milik teroris yang berhasil disita polisi.

“Yang pertama dia orangnya disiplin. Disiplin dalam arti begini, ketika memang sudah diajarkan bahwa cara menghindari penjajakan oleh aparat adalah begini, begini, begini, itu dia taati. Contoh begini, kami temukan buku panduan tentang “Bagaimana Menghindari Pelacakan Polisi”; jangan gunakan handphone di rumah, kalau mau telepon dua kilometer dari rumah, supaya bts-nya ini (tidak melacak), kemudian kalau cari tempat kos-kosan harus begini dan sebagainya,” kata Benny lagi.

Para teroris juga berkembang. Mereka mempelajari kerja aparat sehingga bisa menghindari kejaran petugas.

“Mereka belajar cara bekerjanya aparat, dan di situlah bagaimana dia menghindar. Termasuk buku panduan “Bagaimana Menghadapi Interogator”, ada lengkap. Saya beruntung bisa menginterogasi mereka tanpa menggunakan panduan itu,” sambungnya.

Perubahan manajemen pendanaan dan keuangan jaringan teroris menurut Benny juga perlu diikuti untuk mempermudah pelacakan mereka.

“Kalau dulu kan mengandalkan bantuan Al-Qaeda, atau sumbangan atau Fa’I dari merampok bank dan sebagainya. Ini enggak, halal. Semuanya legal. Ada perkebunan sawit, ada tambang, dan ada usaha-usaha lain yang legal sehingga aparat dalam mendeteksi ini—karena semuanya legal,semuanya terbuka—tidak mudah. Pengelolaannya sangat profesional,” ungkap Benny.

Para teroris itu juga semakin pintar menyusun organisasinya sehingga mampu menciptakan dan mengajarkan benih-benih baru. Bagi Benny, hal ini perlu diwaspadai.

“Kemudian mengirim laskar-laskarnya ke Suriah, perintahnya apa, bukan untuk mati di sana. (Tetapi) untuk belajar, mencari pengalaman, kemudian pulang kembali ke Indonesia, bergabung dan memberikan ilmunya kepada yang lain. Ini suatu perkembangan yang menurut saya ini harus diwaspadai,” katanya lagi.

Benny sengat mengapresiasi yang dilakukan Densus 88 karena bisa menangkap orang-orang yang tidak terlalu dikenal, tetapi memiliki peran penting di jaringan terorisme.  Benny, penangkapan Para Wijayanto, Upik Lawanga, dan Zulkarnaen merupakan penangkapan yang sangat tinggi nilainya.

“Orang-orang ini berhasil dicegah sebelum aksi,” ujar Benny.

Melalui penangkapan Para Wijayanto, petugas berhasil mengungkap jaringan dan manajemen baru para pelaku terorisme.

Upik Lawanga disinyalir merupakan calon penerus Dokter Azahari, teroris asal Malaysia yang membuat panduan untuk merakit bom berdaya ledak tinggi.

“Dia potensial menjadi penerusnya Dokter Azahari. Ketika ditangkap, bengkelnya ada, senjata rakitannya ada, perlengkapannya ada, ada bunker segala macam. Artinya dia sudah berpikir ke arah sana,” kata Benny. (act)

(Lihat juga: DENSUS 88 MENANGKAP BURON TERORISME SELAMA HAMPIR 20 TAHUN)

Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
01:06
02:40
02:12
02:15
01:24
01:49
Viral