Strategi Mendikbud-Ristek Hapus Kesenjangan Sosial di Dunia Pendidikan

Jakarta - Kesenjangan sosial di dunia pendidikan khususnya Indonesia masih terlihat di berbagai daerah. Tidak sejahteranya guru serta tingkat pendidikan rendah di daerah terpencil masih belum temui solusi. Mendikbud-Ristek akan lakukan reformasi dana BOS ke berbagai sekolah di Indonesia agar hal ini tidak terjadi terus menerus.

Nadiem mengatakan, salah satu prinsip dasar dalam merdeka belajar adalah afirmasi.

“Kita tidak bisa memberi bantuan yang sama. Daerah ain yang butuh bantuan lebih banyak itu harus dibantu lebih banyak dari pemerintah. Jadi kita mulai dari prinsip keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Seperti apa itu contohnya? Contohnya ketika PJJ, kita mendistribusikan modul-modul pembelajaran mandiri kepada daerah-daerah yang tidak punya internet. Kita langsung membuat kanal televisi belajar dari rumah untuk mendukung teman-teman kita di yang yang tidak punya akses ke internet. Jadi lewat TV itu bisa diakses jadi lebih cepat,” tutur Nadiem.

Selain itu, salah satu transformasi terbesar pertama kalinya di Indonesia adalah Dana Bantuan Operasional Sekolah langsung ditransfer ke rekening sekolahnya, tidak melalui pemerintah daerah terlebih dahulu agar tidak banyak tertunda.

Kemendikbud-Ristek juga pertama kalinya melakukan transformasi penghitungan dana BOS disesuaikan dengan tingkat kemahalan daerah tersebut. Semakin terpencil daerah tersebut, 3T (Daerah Terdepan, Terpencil dan Tertinggal), semakin mahal mendapatkan bahan baku konstruksi dan lain-lain.

Di pulau-pulau di Papua atau Maluku, dana BOS yang didapatkan bisa meningkat 50 sampai dengan 100%. 

Ketiga, memastikan distribusi program digitalisasi sekolah dimana Kemendikbud-Ristek mendistribusikan laptop, projector, wifi router untuk memprioritaskan daerah-daerah 3T yang sudah bisa akses ke internet, agar akses bagi daerah tersebut bisa setara.(awy)