Gubernur Bali Wayan Koster.
Sumber :
  • Aris Wiyanto

Larang Transaksi Kripto, Gubernur Wayan Koster Tak Khawatir Berdampak Pada Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Bali

Rabu, 31 Mei 2023 - 19:05 WIB

Denpasar, tvOnenews.com - Gubernur Bali, Wayan  Koster menegaskan larangan transaksi menggunakan mata uang kripto di Bali tidak membuatnya khawatir akan berdampak kepada kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Pulau Dewata.

Ia mengatakan, untuk larangan transaksi kripto sudah diatasi oleh Kapolda Bali Irjen Putu Jayan Danu Putra.

"Kalau yang kripto sudah diatasi oleh Bapak Kapolda dan usul itu  sudah ada dan diproses hukum," kata Koster, saat konferensi pers usai rapat koordinasi bersama Bupati dan Walikota di Gedung Wiswa Sabha, Kantor Gubernur Bali, Rabu (31/5/2023).
 
Ia menegaskan, bahwa dengan adanya kebijakan larangan transaksi kripto pihaknya tidak khawatir dan takut bila berpengaruh kepada kunjungan wisman ke Pulau Bali,"Tidak, saya tidak takut. Kita ingin orang tertib yang ke Bali ini, dan jangan bikin masalah," ujarnya.
 
 
Seperti yang diberitakan, Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan dengan adanya  pemberitaan wisatawan mancanegara (wisman) yang menggunakan transaksi kripto selama di Bali akan dilakukan penindakan tegas yaitu pendeportasian dan bagi pemilik usaha bisa dikenai sanksi bila menerima transaksi kripto.
 
"Wisatawan mancanegara yang berperilaku tidak pantas, melakukan aktivitas yang tidak sesuai dengan izin visa, memakai kripto sebagai alat transaksi pembayaran, serta melanggar ketentuan lainnya akan ditindak dengan tegas sesuai peraturan Perundang-undangan, yaitu dideportasi, dikenakan sanksi administrasi, hukuman pidana, penutupan tempat usaha dan sanksi keras lainnya," kata Koster, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (28/5).
 
Hal tersebut, ditegaskan oleh Gubernur Bali dengan adanya pemberitaan terkait dengan kripto sebagai alat transaksi pembayaran di hotel, restoran, destinasi wisata, pusat perbelanjaan, dan tempat lainnya. 
 
Hal itu, juga mengacu pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7, Tahun 2011 tentang mata uang dan sanksi penggunaan mata uang selain rupiah dan alat pembayaran lain dalam transaksi pembayaran akan dipidana kurungan paling lama satu tahun dan pidana denda paling banyak Rp 200 juta.
 
Kemudian, di Undang-udang Nomor 4, Tahun 2023 tentang pengembangan dan penguatan sektor keuangan, ada sanksi bagi setiap orang yang melakukan kegiatan usaha penukaran valuta asing tanpa izin dari Bank Indonesia dipidana dengan pidana penjara paling singkat satu tahun dan paling lama lima  tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 50 juta dan paling banyak Rp 22 miliar.
 
Selain itu, juga mengacu kepada peraturan Bank Indonesia (BI) Nomor 17/3/PBI/2015 tentang kewajiban penggunaan uang rupiah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan saksinya adalah pelanggaran kewajiban penggunaan rupiah akan dikenakan sanksi administratif atau teguran tertulis, kewajiban membayar denda, dan larangan ikut dalam lalu lintas pembayaran.
 

Kemudian, di peraturan anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia Nomor 24/1/PADG/2022 tentang perubahan kedua atas peraturan anggota Dewan Gubernur Nomor 21/18/PADG/2019 tentang implementasi standar nasional quick responde code untuk pembayaran.

"Sanksi pengenaan (yaitu) sanksi atas pelanggaran penggunaan QR Code non standar untuk transaksi pembayaran sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai GPN (Gerbang Pembayaran Nasional) penyelenggaraan pemrosesan transaksi pembayaran, dan uang elektronik," ujarnya. ( AWT) 
Berita Terkait :
Topik Terkait
Saksikan Juga
02:33
02:15
05:26
01:05
02:10
02:17
Viral