KABAR DUNIA - Menanggapi musibah di Timur Tengah, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyebut ledakan besar di Beirut, Lebanon, sebagai serangan bom dan bukan disebabkan dari pabrik atau bahan pembuat petasan.
Hal ini disampaikan oleh Donald Trump dalam sesi wawancara resmi di Gedung Putih. Ia mengatakan bahwa informasi tersebut diperolehnya dari petinggi-petinggi militer Amerika Serikat.
"Kelihatannya begitu, berdasarkan ledakan, saya menemui jenderal-jenderal terhebat kita dan mereka merasa demikian. Ini bukan tipe ledakan yang disebabkan bahan-bahan pabrik," ujar Trump.,
Ia menambahkan, para petinggi militer berasumsi bahwa itu ledakan yang disebabkan oleh bahan peledak kelas militer.
"Menurut mereka, dan mereka lebih tahu dari pada saya, tapi tampaknya mereka menganggapnya sebagai penyerangan, sejenis bom," katanya lagi.
Seperti yang telah diketahui, sebelumnya ledakan besar telah terjadi di kawasan pelabuhan kota Beirut, Lebanon pada hari Selasa (4/8) petang waktu setempat.
Ledakan diduga berasal dari sebuah gudang petasan yang berada di kawasan pelabuhan. Ledakan hebat tersebut akhirnya meluluhlantakkan bangunan maupun kendaraan hingga radius 10 kilometer dari tempat kejadian.
Sedikitnya puluhan warga dilaporkan meninggal dunia dan ribuan orang lainnya mengalami luka-luka akibat ledakan tersebut. Jumlah korban diperkirakan akan terus bertambah karena proses pencarian dan penyelidikan masih terus berjalan.
Dari beberapa rekaman video amatir yang viral dapat terlihat ledakan dari berbagai sudut kota Beirut. Ledakan tersebut sangat besar dan asapnya yang berwarna membubung menyerupai jamur raksasa. Dampaknya banyak bangunan di sekitar titik ledakan seperti tertelan oleh asap dan api.
Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Beirut, mendesak warganya yang berada di area ledakan untuk tinggal di dalam ruangan dan memakai masker. Imbauan itu disampaikan untuk menghindari terkontaminasi udara beracun yang timbul akibat ledakan.
Komandan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI Jenderal TNI Victor Hasudungan Simatupang juga melaporkan dua kendaraan operasional milik TNI yang tengah diparkir turut terkena imbas dalam ledakan. Victor menjelaskan, dua kendaraan operasional tersebut merupakan bagian dari KRI Hasanuddin yang tergabung dalam Maritime Task Force (MTF) United Nations Interim Forces in Lebanon (UNIFIL).
Presiden Lebanon, Michel Aoun mengatakan bahwa di gudang tersebut tersimpan 2.750 ton amonium nitrat, yang biasa digunakan untuk memproduksi pupuk dan bom. Amonium nitrat itu telah disimpan selama enam tahun di pelabuhan tanpa langkah-langkah keamanan.
Amonium nitrat merupakan bahan yang tidak berbau, yang biasanya berbentuk butiran (pada pupuk), ada yang kristal, dan berwarna putih. Zat ini adalah oksidator yang kuat dan dapat bereaksi keras dengan bahan yang tidak kompatibel lainnya, sehingga sangat penting untuk menyimpan dan menangani amonium nitrat dengan benar.