Surabaya, Jawa Timur - Menjelang akhir tahun, tenaga kesehatan (nakes) di beberapa rumah sakit (RS) di jawa timur kewalahan menangani pasien penderita corona atau COVID-19.
Sekitar 1832 perawat di Jawa Timur terkonfirmasi positif COVID-19, sedangkan 56 orang diantaranya meninggal dunia. Kelelahan, diduga menjadi faktor utama banyaknya perawat terpapar COVID-19.
Data Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Timur mencatat sebanyak 1832 perawat terkonfirmasi positif COVID-19 selama pandemi. Tenaga kesehatan yang terpapar ini tersebar di 38 kabupaten dan kota di Jawa Timur.
Kota surabaya masih menjadi yang terbanyak dengan 398 perawat. Disusul dengan Kota Malang dengan 195 perawat. Dari 1832 perawat tersebut, diketahui 56 orang perawat meninggal dunia dan 10 persen lainnya masih menjalani isolasi di rumah sakit.
Perawat yang meninggal akibat COVID-19 adalah Ahmad Kurniawan, perawat yang bertugas di RSUD dr. H. Moh. Anwar Kab. Sumenep, Madura pada Selasa (29/12/2020) kemarin.
Ketua DPW PPNI Jawa TImur Prof. Nursalam menyatakan bahwa kelelahan faktor utama banyaknya perawat yang terpapar COVID-19. Ironisnya, hingga akhir tahun dari 56 orang perawat yang meninggal dunia baru 18 orang yang menerima santunan dari Kementerian Kesehatan.
“Kita lihat dalam beberapa minggu ini hampir setiap hari kita mendengar ada perawat yang meninggal justru pada hari Sabtu kemarin (26/12/2020) ada 3 perawat yang meninggal,” ungkap Nursalam.
Perawat yang meninggal tersebut berasal dari berbagai kabupaten dan kota. “Saya rasa kondisi ini menjadi memprihatinkan karena semakin hari semakin bertambah jumlah yang terkonfirmasi positif dan semakin banyak yang meninggal,” ujarnya.
DPW PPNI Jawa Timur berharap Pemerintah Provinsi Jawa Timur memprioritaskan 80 ribu perawat untuk mendapatkan vaksin agar jumlah perawat yang terpapar COVID-19 tidak terus bertambah. (adh)
Lihat juga: Lahan Jenazah COVID-19 di TPU Pondok Ranggon Penuh, Pengelola TPU Terapkan Sistem Tumpang