Jakarta - Sejak diresmikan oleh Presiden Joko Widodo tujuh tahun lalu, Tol Cipali (Cikopo-Palimanan) terus “merenggut” korban jiwa. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mencatat rata-rata terjadi 36 kecelakaan di Tol Cipali setiap bulannya. Warga sekitar percaya keberadaan batu raksasa bernama Batu Bleneng di kilometer 182 memiliki kekuatan mistis tersendiri.
“Pernah sekali pas tengah malam, posisi memang ngantuk terus ada perasaan deg-degan juga karena ada warning (peringatan) di KM sekian, ada rasa takut juga. Kita jalan aja, klakson permisi. Kalau lewat situ jangan kenceng-kenceng. Banyak pengendara (yang faham) kalau udah lewat situ pasti pelan,” ungkap Adit warga yang memberi kesaksian akan unsur mistis Batu Bleneng Tol Cipali, dilansir Cumicumi.
Kecelakaan maut memang kerap terjadi di Tol Cipali dan menelan korban jiwa dalam jumlah banyak. Senin (30/11/2020) lalu, sekitar pukul 03.00 WIB, sebuah kendaraan jenis bus mini menabrak bagian belakang truk. Sebanyak 10 orang penumpang meninggal dunia dalam insiden tersebut.
Terbaru, Minggu (3/7/2022), dua orang tewas dalam kecelakaan yang melibatkan bus Primajasa dan sebuah truk pengangkut ayam. Kasat Lantas Polres Subang, AKP Lucky Martono menyebut kecelakaan berawal dari truk ayam yang melaju dari arah Cirebon menuju Jakarta mengalami hilang kendali atau oleng hingga berpindah ke jalur yang berlawanan.
Batu Bleneng di KM 182 Tol Cipali (FOTO: RRI)
Meski semua kasus kecelakaan di Tol Cipali bisa dijelaskan secara ilmiah akibat keteledoran manusia, tidak sedikit dari warga yang mengaitkan rentetan peristiwa kecelakaan dengan kisah mistis yang menyelimuti tol terpanjang ketiga di Indonesia ini.
Pusat kemistikan itu berada di kilometer 182, pengendara yang melintas akan melihat jelas penampakan batu raksasa bernama Batu Blemeng. Sekilas ukuran batu ini memang tak lazim, bentuknya yang bulat tidak sempurna condong ke arah jalan tol seakan-akan bersiap jatuh menggelinding.
Juru Kunci Batu Geneng Sukadi menjelaskan keberadaan batu tersebut sempat akan dihancurkan saat proses pembangunan Tol Cipali.
“Jadi katanya pemborong (jalan tol) itu udah batunya dipecah aja. Sama orang sini nggak boleh karena sebelum ada orang di sini batu itu sudah ada,” katanya.
Masyarakat setempat percaya batu tersebut berjasa menyelamatkan tanah sekitar menjadi tanah yang bisa dihuni. Diyakini ratusan tahun lalu di bawah Batu Blemeng ada sumber lumpur yang terus menyembur hingga membanjiri kawasan tersebut.
Hal itu diperkuat dengan nama desa di sana yakni Desa Walahar yang berarti kewalahan dengan lahar lumpur yang terus menyembur, layaknya kejadian Lumpur Lapindo di Sidoarjo.
Kemudian seorang tokoh pada zaman itu diceritakan mendapat wangsit untuk mengambil sebuah batu dari puncak Gunung Ceremai, lokasi gunung berada 20 kilometer ke arah selatan dari titik Batu Bleneng berada. Singkat cerita batu tersebutlah yang digunakan sebagai penyumbat sumber lumpur Desa Walahar.
Hingga kini, Batu Bleneng tetap berada di tempatnya dan tidak boleh dipindahkan agar tetap menutup lubang lumpur yang menjadi penyebab musibah masa lalu. Adanya pembangunan Tol Cipali pun tidak mengusik keberadaan batu tersebut.
Meski tidak dapat dipastikan kebenarannya, legenda Batu Bleneng menjadi kearifan lokal yang dibanggakan warga sekitar. Tidak sedikit dari masyarakat yang meyakini kisah tersebut dan membunyikan klakson saat melintasi batu raksasa itu.
Namun beberapa pengendara juga memiliki pendekatan yang lebih realistis, banyaknya peristiwa kecelakaan di Tol Cipali tidak lain disebabkan karena panjangnya trek lurus di tol tersbut.
“Kalau kita lewat Tol Cipali itu jalannya memang lurus, enak tapi kita harus hati-hati karena tahu-tahu setelah KM 180an itu ada tikungan. Di situ banyak sekali kecelakaan. Banyak faktor (salah satunya) orang ngantuk karena jalan terlalu lurus tiba-tiba ada belokan,” ujar Iskandar salah satu pengendara.
Terlepas dari keberadaan kisah mistis Batu Bleneng di Tol Cipali, para pengemudi diminta untuk selalu waspada saat berkendara. Terlebih pada kilometer 182 terdapat kelokan berbentuk huruf S yang rawan terjadi kecelakaan. (amr)
Load more