Dan kamu tidak pernah mengharap agar Al-Qur’an diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang kafir.
Dalam ayat ini dinyatakan bahwa Nabi Muhammad sebelum mendapat wahyu sebenarnya tidak mengharapkan diberi kitab suci. Al-Qur’an diwahyukan kepada Nabi Muhammad tiada lain hanyalah sebagai rahmat dari Tuhannya.
Pernyataan dalam Q.S. al-Qashash (28): 86 ini menggunakan pola kalimat menafikan-mengecualikan (nafy-istitsnā`). Pola ini biasa digunakan dalam bahasa Arab untuk menegaskan bahwa sifat satu-satunya yang ditetapkan bagi objek adalah sifat yang disebutkan dalam pernyataan, sedang sifat-sifat lain yang tidak disebutkan tidak diakui sebagai kualitasnya yang sebenarnya.
Jadi ayat itu menegaskan bahwa satu-satunya sifat al-Quran itu adalah rahmah. Al-Qur’an sebagai rahmat juga dinyatakan dalam surah Q.S. ad-Dukhān (44): 6 yang berbunyi:
رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Ayat 6 Q.S. ad-Dukhān (44) di atas secara tegas menyatakan bahwa Al-Qur’an sebagai rahmat dari Allah. Penegasan tentang Al-Qur’an sebagai rahmat dapat juga dirujuk kepada tujuan pengutusan Nabi Muhammad SAW sebagaimana tercantum dalam Q.S. al-Anbiyā` (21): 107:
Load more