Jakarta, tvOnenews.com - Presiden Jokowi resmi melantik Irjen Polisi Marthinus Hukom sebagai Kepala BNN di Istana Negara, Jakarta, Jumat (8/12/2023).
Ternyata, Irjen Polisi Marthinus Hukom bukan orang sembarang. Sebab, ia dikategorikan polisi yang bergelimang penghargaan.
Lantas bagaimana jejak rekam karirnya di kepolisian?
Marthinus Hukom merupakan pria kelahiran Maluku Tenggara, 30 Januari 1969 ini adalah lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang tahun 1991.
Dia memupuk karirnya di satuan antiteror khususnya bidang intelijen.
Awal mula, karirnya berkembang ialah ketika dipercaya sebagai Kepala Tim Antiteror Bom Polda Metro Jaya tahun 2001.
Kemudian, dia menjabat sebagai Analis Intelijen di Satuan Tugas Antiteror Polri.
Setelah itu, dia ditunjuk sebagai Kelompok Ahli di BNN RI di bidang intelijen.
Pada tahun 2010, Marthinus kembali menjadi kepala Bidang Intelijen Densos 88 Antiteror Polri.
Karirnya semakin menanjak dengan ditunjuk sebagai Wakil Kepala Densus 88 di tahun 2015.
Dua tahun kemudian, dia menjabat posisi di luar struktur sebagai Direktur Penegakan Hukum Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Selanjutnya pada tahun 2018, Marthinus kembali dipercaya mengisi jabatan penting, sebagai wakil kepala di Densus 88 Antiteror Polri.
Kemudian, kenaikan pangkatnya terjadi di tahun 2020 sebagai Irjen menjabat sebagai Kepala Densus 88 Antiteror Polri.
Selain itu, dia juga merupakan polisi yang bergelimangan penghargaan. Berikut penghargaannya,
- Bintang Bhayangkara Nararya
- Prestasi untuk mengungkapkan Bom Bali I (2000)
- Promosi Luar Biasa dari Kompol ke AKBP untuk penangkapan Dr. Azahari Bin Husin (2005)
- Promosi Luar Biasa dari AKBP ke Kombes untuk penangkapan Noordin Mohammad Top (2010)
- Medali De'Merito dari Presiden Timor Leste atas keberhasilannya mengungkapkan plot pembunuhan Presiden Timor Leste (2011).
Memang, di sebagian publik dia dipandang polisi yang berprestasi. Bayangkan saja, 3 teroris besar Indonesia berhasil dibekuknya.
Marthinus tercatat sebagai salah satu aktor yang melakukan penangkapan terhadap tiga teroris besar yang mengancam Indonesia antara lain Ali Imron, Dr. Azhari, dan Noordin M Top.
Dimulai dari dilibatkan dalam pencarian terhadap Ali Imron yang merupakan dalang peristiwa Bom Bali I, tahun 2002, sampai kemudian Marthinus menjadi salah satu anggota tim yang menangkap Ali di wilayah Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Kemudian, Marthinus dilibatkan dalam penangkapan Dr. Azhari bulan November 2005. Marthinus menjadi salah satu anggota yang melakukan investigasi mencari tahu keberadaan teroris tersebut.
Marthinus mendapat peran untuk memantau pergerakan anak buah Dr. Azhari, yang kemudian berhasil ditangkap di wilayah Demak, Jawa Tengah. Setelah keberhasilan perannya dalam dua kasus tersebut di atas, Marthinus mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa dari kompol ke AKBP.
Selanjutnya, Marthinus berhasil membuktikan kehebatannya selama penangkapan teroris Noordin M Top, tahun 2009.
Noordin M Top merupakan pelaku aksi teror bom yang terjadi di Mega Kuningan, Jakarta.
Bersama dengan tim, Marthinus berhasil melacak keberadaan Noordin di sebuah rumah kontrakan yang ditempati Bagus Budi Pranoto, pelaku pengeboman kedubes Australia, tahun 2003.
Selanjutnya, bersama tim Densus 88, Marthinus melaksanakan penggerebekan terhadap Noordin.
Lalu, tanggal 16 September 2009, kontak tembak terjadi dan empat teroris termasuk Noordin yang menjadi target utama tewas dalam adu tembak tersebut.
Setelah itu, Marthinus mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa dari AKBP menjadi Kombes. Kini Marthinus secara resmi naik jabatan menjadi Kepala Badan Narkotika Nasional(BNN). (aag)
Load more