Majalengka, Jawa Barat - Kapolsek Talaga di Majalengka, Jawa Barat Viral di media sosial setelah membuat alat bantu pernafasan dari aerator akuarium dan juga botol bekas. Alat bantu oksigen buatan sendiri tersebut diklaim bisa menggantikan tabung oksigen bagi pasien COVID-19 yang saturasi oksigennya rendah.
Akun Facebook Heri Siswanto membagikan video yang memperlihatkan Kapolsek Talaga, AKP Agus Romy yang sedang membuat alat bantu nafas untuk pasien COVID-19 dengan hanya menggunakan aerator akuarium, pada Minggu (4/7).
AKP Romy mengaku sudah menggunakan sendiri alat buatannya tersebut saat dirinya dan keluarganya terpapar virus COVID-19.
Usai viral, kantornya pun kerap didatangi warga yang penasaran dengan pembuatan alat bantu nafas yang sederhana tersebut.
Menurutnya, alat ini bisa menjadi alternatif alat bantu nafas disaat sulitnya mencari tabung oksigen yang mulai langka dan harganya pun mahal.
Tim Satgas COVID-19 pun merespon video tutorial cara membuat oksigen buatan dengan aerator akuarium melalui artikel resmi.
Tim Satgas menyebut, penggunaan pompa udara akuarium untuk orang yang sedang sesak nafas sebagai informasi yang menyesatkan.
Artikel Satgas COVID-19 ini mengutip pernyataan Kepala Balai Pengembangan Instrumentasi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Anto Tri Sugiarto yang menjelaskan alat tersebut tidak menambah jumlah oksigen yang dihirup.
Fraksi oksigen yang dihasilkan oleh aerator akuarium tidak lebih dari 21 persen. Sedangkan untuk oksigen murni, fraksi oksigennya di atas 90 persen.
Sehingga bisa dipastikan penggunaan alat ini untuk alat bantu pernafasan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Terlebih tidak ada jaminan kesehatan jika menggunakan alat ini dalam waktu yang lama.
Peneliti Ahli Utama Badan Standardisasi Nasional, Dr. Oman Zuas pun berpendapat serupa.
Menurutnya, aerator akuarium tidak ada bedanya dengan oksigen yang kita hirup sehari-hari di udara.
“Udara yang dimasukan dalam air itu, kemudian keluar lagi sebagai udara. Seperti kita ketahui udara itu adalah konsentrasi oksigennya maksimum sekitar 20 persen,” tutur Oman.
Oman menambahkan, udara yang kita hirup ini adalah 18 persen oksigen dan 72 persen adalah nitrogen. Sedangkan kebutuhan oksigen di rumah sakit, konsentrasinya harus di atas 90 persen.
Jadi apa yang ditampilkan pada tutorial tersebut adalah udara biasa, bukan oksigen. (awy)