Bantul, tvOnenews.com - Sejak tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) Piyungan atau TPA Piyungan ditutup untuk sementara waktu mulai 23 Juli hingga 5 September 2023, pihak terkait terus melakukan penataan tumpukan sampah yang menggunung dan meluber sampai ke jalan.
Sedikitnya ada 5 alat berat yang setiap hari digunakan untuk melakukan penataan gunung sampah yang tinggi di lokasi pembuangan sampah di TPST Piyungan. Saat ini tumpukan sampah sudah berkurang.
Tumpukan sampah ditarik ke tengah di puncak gunung sampah di Zona A dan B TPST Piyungan yang kemudian nantinya ditimbun tanah. Sehingga tumpukan sampah yang menggunung di pinggir jalan sudah berkurang.
Menyikapi adanya penutupan sementara TPST Piyungan karena sudah over kapasitas, Pemerintah Kabupaten Bantul akan membangun sejumlah TPST kecil tingkat kabupaten untuk meminimalisir jumlah sampah yang masuk ke TPST Piyungan.
" Kita akan bangun beberapa TPST tingkat kabupaten untuk meminimalisir sampah yang masuk ke TPST Piyungan. Saat ini on proses adalah TPST kecil di Modalan Banguntapan. Kemudian akan segera dipersiapkan di Murtigading Sanden. Sedangkan tempat lain masih dalam penjajagan," ungkap Bupati Bantul Abdul Halim Muslih, Rabu (26/7/2023).
Halim juga menambahkan TPST tingkat kabupaten ini nantinya bersifat jangka panjang. Hal ini dilakukan agar Bantul tidak lagi terlalu bergantung dengan TPST Piyungan.
Selama ini , sebelum penutupan setiap harinya Bantul memasok sampah ke TPST Piyungan sebanyak 130 ton. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan dengan Sleman yang membuang sampah sebanyak 250 ton dan kota Yogyakarta sebanyak 230 ton.
" Sehingga dengan adanya TPST tingkat kabupaten sebagian sampah bisa selesai di TPST itu. Jadi TPST tingkat Kabupaten itu selamanya. Tapi kalau teknologi di Piyungan besok lebih baik dan lebih murah kita setor ke sana. Kita lihat nanti perkembangannya," ujarnya.
Selain itu, Bupati Bantul mengatakan upaya lain yang dilakukan pemerintah Kabupaten Bantul adalah mengoptimalkan pemilahan sampah yang ada di tingkat pedukuhan. Optimalisasi itu dibiayai melalui dana program pemberdayaan berbasis masyarakat pedukuhan (P2BMP) yang mengucurkan Rp 50 juta per pedukuhan.
" Penutupan sementara TPST Piyungan ini ada hikmahnya. Yakni memaksa mengubah budaya kita agar jangan mencampur sampah organik dan anorganik. Supaya ada percepatan budaya baru di lingkup rumah tangga yaitu pemilahan sampah. Kalau pemilahan sampah tingkat rumah tangga bisa dilakuka, sebenarnya 80 persen masalah sampah bisa selesai," pungkas Abdul Halim Muslih. (ssn/buz)
Load more